About Me

 


Tepus. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan kesejahteraan mental siswa, workshop dengan tema "Dukungan Psikologis dalam Pembelajaran" telah sukses dilaksanakan oleh guru karyawan SMK YPKK Tepus pada Rabu, 09 Oktober 2024. 


Dr. Sukiter, M.Pd. selaku narasumber menjelaskan pentingnya dukungan psikologis dalam konteks pendidikan. "Motivasi dan emosi merupakan dua hal yang sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa. Dengan memberikan dukungan yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif," ungkapnya.


Dalam workshop ini, peserta diajak untuk memahami berbagai teknik dan strategi dalam memberikan dukungan psikologis kepada peserta didik. Guru dapat menerapkan PFA (Psychological First Aid) sebagai pertolongan pertama dalam membantu peserta didik yang mengalami masa-masa sulit, traumatis, atau fobia. Lima kerja PFA terdiri dari Listen (mendengarkan), Protect (memonitor perilaku), Connect (menghubungkan dengan pihak lain), Model (mencontohkan perilaku tenang dan optimis), Teach (menjelaskan perubahan dalam situasi kritis) merupakan tindakan yang dapat membantu peserta didik menghadapi tantangan emosional dan psikologis yang dapat mengganggu proses belajar mereka. PFA bukan hanya tentang merespons krisis, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara holistik.



Materi kedua berkaitan dengan Budaya Kesitimewaan Yogyakarta di Sekolah disampaikan oleh Bapak Kastana, M.Pd. Beliau memaparkan tentang tujuan Pendidikan Berbasis Budaya, yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, membentuk karakter siswa, melestarikan budaya bangsa, dan memperkuat jati diri bangsa.


Pendidikan Berbasis Budaya perlu diimplementasikan di sekolah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam kurikulum, menggunakan bahan ajar yang relevan dengan budaya lokal, dan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler berbasis budaya. Peserta didik juga perlu dibina untuk “Ngajeni” (Ngapurancang, Jempol, Nyuwun Sewu, Inggih) yang mencerminkan adab dan etika dalam berinteraksi sebagai salah satu nilai luhur dalam budaya Jawa.


Berbagai bentuk kegiatan yang mencerminkan budaya keistimewaan Yogyakarta dapat diterapkan di sekolah, antara lain: penggunaan gagrak Ngayogyakarta, literasi bahasa Jawa, karawitan, macapat, sesorah, geguritan, membiasakan penggunaan bahasa Jawa dengan baik dan benar,  membudayakan aksara Jawa, dan memunculkan artefak Jawa di lingkungan sekolah berupa poster, batik, wayang, dan sebagainya.



Acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Para peserta berbagi pengalaman dan mendapatkan masukan dari narasumber. Dengan adanya workshop ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para guru dalam membangun kesadaran akan pentingnya dukungan psikologis dalam pembelajaran serta menjadi stimulus dalam meningkatkan implementasi budaya keistimewaan Yogyakarta di lingkungan sekolah. (ist)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama