YOGYAKARTA
- Senin, 9 Maret 2020 bertempat di Sasana Krida Auditorium lantai 2 Dinas
Dikpora DIY pukul 08.30 s.d 12.00 WIB berlangsung kegiatan School Leader Gathering oleh HAFECS. HAFECS (Highly Functioning Education Consulting Services) adalah sebuah
lembaga pendidikan yang didirikan oleh Yayasan Hasnur Centre. Menjadi salah
satu divisi di bidang training guru sebagai upaya untuk mendorong percepatan
transformasi pendidikan Indonesia melalui 3 pilar, yakni: perbaikan
dan pengembangan metode pengajaran dan pembelajaran di kelas; pengembangan
metode pembelajaran para guru; mengembangkan kurikulum inovatif.
Kegiatan
ini diikuti oleh seluruh kepala SMK se-DIY
sebanyak 119 SMK. Hadir pada kesempatan itu, Ibu Dra. Isti Triasih selaku Kabid
Dikmenti Dinas Dikpora DIY dan beberapa tim HAFECS.
Acara
dibuka
resmi oleh Ibu Dra. Isti Triasih. Dalam
sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi kepada tim HAFECS atas terlaksananya
kegiatan School Leader Gathering yang merupakan wujud kerjasama HAFECS dengan
Dinas Dikpora DIY sebagai upaya mendorong trasnformasi pendidikan. Di akhir
sambutan, beliau berharap kepada Kepala SMK agar mampu menjadi agen perubahan
di lembaga pendidikan masing-masing untuk menyukseskan program “merdeka
belajar” sesuai yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sebelum
acara inti, hadir Mas Aan Prasetya (salah satu tim HAFECS), dengan
penuh energik memberikan stimulus dan motivasi bagi
peserta, menjadi penyemangat
agar kami lebih konsentrasi dan fokus mengikuti acara. Semua
peserta diajak berdiri, mengikuti gerakan yang dicontohkan. Terlihat antusiame peserta mengikuti instruksi dengan senang hati diiringi
canda tawa. Di akhir sesi, beliau mengajak kami mengambil HP masing-masing dan membuka aplikasi Instagram. Kami dipandu untuk
follow beberapa akun IG, yang kesemuanya adalah milik tim HAFECS. Tujuannya agar peserta pelatihan bisa
mengenal lebih detail tentang HAFECS, berikut program kegiatannya.
Tiba
pada acara inti yang dinanti peserta. Sekitar pukul 10.00 WIB, Bapak
M.T Taufik (biasa dipanggil Pak Irul)
memaparkan
materi utama. Beliau adalah trainer
HAFECS yang luar biasa, di samping profesi pokoknya sebagai seorang Kepala
Sekolah di salah satu SMP di Kalimantan.
Di
awal paparannya, beliau menyampaikan informasi terkait PISA. PISA adalah singkatan dari Programme for
International Students Assessment. Program ini digagas oleh the Organisation
for Economic Co-operation and Development (OECD). PISA
dilakukan setiap tiga tahun sekali, dimulai pada tahun 2000. Materi yang
dievaluasi adalah sains, membaca, dan matematika.
“Hasil PISA menunjukkan bahwa Indonesia masih menduduki
peringkat bawah. Faktor penyebabnya adalah kualitas pendidikan Indonesia yang
masih perlu pembenahan. Perlu diketahui bahwa kunci utama penentu kualitas
suatu sekolah adalah guru. Untuk itu, kompetensi guru perlu di dongkrak, guru
harus mempunyai bahasa anak yang membumi, mampu mengajarkan anak didik mengenai
soal-soal HOTS,” tegas beliau.
Sebagai
contoh, dijelaskan oleh beliau dalam mengelola suatu sekolah di Kalimantan. Salah satu ketugasan sebagai Kepala
Sekolah
adalah mengevaluasi kinerja guru. Langkah yang
beliau tempuh adalah: 1) Mencatat list nama guru yang efektif mengajar di sekolah untuk
ditunjuk sebagai reviewer. Reviewer adalah guru yang dipandang mampu dalam praktik pengajarannya; 2) Meminta
semua
guru agar mengirimkan video pembelajaran di kelas sebanyak 4
kali dalam sebulan; 3) Mengundang para
guru untuk hadir
sesi review bersama kepala sekolah; 4) Menentukan
grade kualias pengajaran (misal dengan nilai A, B, C, dan
D)
dari hasil review video.
“Tujuh
aspek yang direview antara lain: Leadership, Learning structure, Class
activity, Classroom manajemen, Reflection, Outlock dan Interpersonal,” imbuhnya.
Di
tengah pemaparannya, beliau menyinggung program Pak Menteri “Merdeka Belajar”,
mengenai RPP yang disederhanakan. “Apa kira-kira yang diharapkan dalam penyederhaan
RPP ini? Salah satu yang menjadi alasan adalah agar terjadi interaksi antara
guru dengan siswa, dan untuk mengetahui kualitas interaksi di dalam kelas
melalui dua hal yaitu dengan instruksi (PCK) dan pertanyaan (Hots)”, ujar beliau.
(PCK) Pedagogical Content Knowledge adalah sebuah
temuan akademis yang sangat menarik. Temuan ini merupakan sebuah ide yang
berlandaskan pada keyakinan bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada siswa untuk mereka menghapalnya, tetapi (lebih dari
itu) merupakan proses untuk membuat siswa mampu memahami dan menggunakan
pemahamannya guna memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran, bahkan membuat
mereka mampu melahirkan ide-ide atau menciptakan gagasan-gagasan termasuk
temuan-temuan.
HOTS (Higher Order Thinking Skills) bermakna
kemampuan berfikir tingkat tinggi ini adalah kemampuan berfikir secara logis,
reflektif, dan kompleks yang tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan
memahami namun juga bersifat analitik, evaluatif, dan kreatif. Dalam berbagai
studi, HOTS diakui sebagai keterampilan yang harus dimiliki oleh masyarakat
abad 21 agar bisa memiliki performa yang optimal dalam pekerjaan maupun
kehidupan sosialnya (Williams, 2003; Brookhart, 2010; Moseley, et al., 2005).
“Upaya yang
dilakukan oleh HAFECS sebagai bentuk komitmen dalam membangun transformasi
pendidikan di Indonesia, yakni dengan menerbitkan sebuah buku mengenai “Cara
Mengajar Lebih Efektif Menggunakan PCK Bagi Guru Matematika & Sains.” dan
“Higer Order Thinking Skills (HOTS) untuk Social Science.” Harapannya,
buku tersebut dapat menjadi inspirasi dan pegangan bagi para guru dalam
mengembangkan metode pengajaran di kelas agar menjadi lebih efektif,” papar beliau mengakhiri materi hari
itu. (skt)
Posting Komentar